Minggu, 09 Oktober 2011

IN MEMORIAM : STEVE JOBS
Orang pintar, penemu atau perintis adalah generator penerimaan pajak

Mengenang Steve Jobs CEO Apple yang meninggal Rabu 5 Oktober 2011, ingin kita merenungkan betapa besar sumbangan anak manusia ini bagi dunia, dan secara spesifik disini betapa besar sumbangannya bagi penerimaan fiskal di Amerika Serikat berkat kreatifitas Steve Jobs. Apple menjadi perusahaan paling menguntungkan di Amerika Serikat dengan kapitalisasi pasar Apple sebesar US$ 337.17 Milyar sampai tahun 2011, kira-kira setara 15 kali lipat kapitalisasi PT Astra Internasional yang sebesar Rp.279,33 trilyun, atau nyaris setara seluruh kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia yang Rp3.434,44 triliun sampai Oktober 2011. Dengan nilai perusahaan seperti ini kita bisa membayangkan betapa Pemerintah Amerika menikmati nilai tambah pepajakan yang luar biasa.
Dan jangan lupa keberadaan Apple juga memberi nilai tambah perpajakan negara-negara di seluruh dunia sebagai dampak distribusi produknya. Semua menikmati, karena adanya pribadi yang super visioner seorang Steve Jobs.
Pelajaran yang bisa kita petik dari fenomena ini, bahwa untuk meningkatkan penerimaan pajak, yang terutama adalah mendorong lahirnya manusia manusia yang bisa membawa bangsa ini ke arah kemakmuran, bukan hanya terus mengeksploitasi alam di, atau membujuk-bujuk modal asing dengan berbagai fasilitas perpajakan ke, bumi pertiwi. Assets kita berupa sumberdaya manusia yang pertama-tama harus dikembangkan sebagai basis wajib pajak yang smart. Bila tidak berapa lama negeri ini bisa bertahan ?
Ini reorientasi yang harus dilakukan dengan fokus. Sekolah - kuliah - pendidikan harus tersedia secara murah (tidak ada basa basi lagi) bagi setiap warga negara. Kurikulum pengembangan kreatifitas diperbanyak, begitu juga keterampilan berbasis keunggulan kedaerahan, dengan  mengurangi mata pelajaran yang tumpang tindih di berbagai jenjang. Tentang dunia pendidikan, mari kita contoh hal ini dengan India.
Demikian juga harapan kita akan tumbuhnya masyarakat peneliti yang bergairah dan diapresiasi tinggi oleh negara. Seperti peranan peneliti di berbagai negara, diungkapkan pakar ilmu kebumian dari LIPI, Prof Dr Ir Jan Sopaheluwakan berikut ini :
"Di Pakistan, gaji penelitinya malah 3 kali gaji menteri. Kalau di Korea, peneliti itu dianggap pahlawan. Para peneliti tidak mengikuti wajib militer. Kegiatan militer dianggap sebagai kegiatan bela negara, dan peneliti dianggap sama dengan pembela negara," papar Jan. (Detik.com 26/10/2011)

Adagium pajak yang sering kita dengar adalah bagaimana menggemukkan ayamnya agar bisa diambil banyak telurnya, orang-orang seperti Steve Jobs harus sebanyak mungkin bisa dengan mudah dilahirkan.  Orang pintar, penemu atau perintis, yang karyanya membangkitkan perekonomian negara pantas diberi insentif bebas PPh21 atau PPh perseorangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar